Selasa, 30 Juni 2009

adik kecilku si monyet?

Ini adalah cerpen penulis ketika lomba awal awalnya. agak garing ya?



Pagi yang indah! Hari ini cukup untuk membuat permulaan sebuah cerita. Mungkin. Sebuah kisah cerita remaja mencari kehidupannya. Itulah paradigma Rama. Mengapa hari ini? Karena hari kemarin tepatnya pukul 09.00, dia telah merasakan jatuh cinta kepada seorang cewek yang bernama Vina. Dan dia bertekat untuk mendapatkan cewek itu.
“Hai bro, kemarin jadi nggak pergi ke reunian keluarga”, sapa Rama kepada temannya ketika di gerbang sekolah.
“Jelasnya teh jadi”, jawab Vedi yang terbiasa dengan logat sunda.
“Emangnya kamu teh nggak pernah reunian. Disana teh kamu bisa bertemu keluarga besarmu, kalau kamu ngundang aku, aku teh akan mempromosikan sepatu nenek moyangku, yang khasiatnya teh kaki yang memakainya akan terhilang dari kadas, kudis, kutu air dll (dan lainnya lupa), kamu tertarik sepatuku nggak”, kata Verdi dengan panjang lebar.
Tapi saking lebarnya, Rama mengalihkan pandangannya ke seorang cewek tinggi cantik, yang semua aksesorisnya serba pink, yang merupakan warna favoritnya. Seketika itu dia ingin berpapasan dengannya, walaupun Verdi kesal.
“Dik, kok main ke SMP sich, nanti mama marah lo”, kata Vina.
Memang tinggi badan Rama hanya 110 cm, tidak heran cewek hampir sempurna ini juga memanggilnya ABG alias Adik Baru Gede, seperti temannya.
“Namamu Vina ya, boleh kenalan? Oh ya aku juga siswa SMP ini, kenalkan namaku Rama”, kata Rama tanpa memperdulikan title demi cintanya dengan gugup.
“Sorry, aku kira kamu anak kelas 1 SD, ya namaku Vina, senang berjumpa denganmu”, kata Vina,”Ya sudah, aku mau ke kelas dulu nanti telat masuk”.
“Iya Vin”, kata Rama.
Nah mulai dari pertemuan itu, Rama dekat dengan Vina, setiap Vian mempunyai masalah teman, asmara, orang tua dll (bukan dan lainnya lupa lho) Rama mengetahui lebih dulu. Sehingga mereka menjadi sahabat.
Sebenarnya dalam hati Rama dia ingin lebih dari sahabat, tapi dia yakin dia nggak pantas , dia itu anak yang jelek, kecil, gak gaul lagti, sehingga dia urungkan keutaraan hatinya.
Akhirnya dengan kepastian Rama, dia akan menembak Vina di depan gerbang sepulang sekolah.
“Vin boleh aku tanya sesuatu”, tanya Rama.
“Vin sejak aku kenal kamu aku suka padamu, maukah kamu jadi pacarku”, kata Rama dengan pelaaaaaaaaan sekali.
“Apaan sich Ram, gak lucu tahu nggak”, kata Vina dengan meninggalkannya.
“Aku serius Vin, aku akan terus menunggumu”, kata Rama.
Hari demi hari berlangsung tetapi Vina belum menjawabnya.
Ketika sudah 1 minggu Rama meminta jawaban itu lagi.
“Vin aku minta jawabanmu sekarang”, kata Rama
:Ram, jujur dengan sangat, aku nggak bisa bohong pada perasaanku, kalau aku juga sayang kamu, so dengan menyesal aku nerimamu”, jawabnya.
“Gila banget sih kamu, buat aku jantungan tahu nggak pinky girlku”, kata Rama.
“Biarin adik kecil, oh ya kamu besok anterin ke ultah temanku ya”, kata Vina.
“Ok, and good bye”, katanya.
“Ketika pukul 16.00 tepat, Rama tiba di rumah Vina, seketika itu Rama memberi kado yang berisi gaun pink, yang ternyata sudah dipersiapkan matang matang, spontan saja Vina memakainya.
Pada pukul 16.30 mereka tiba dan apakah kamu tahu? Bahwa Vina langsung mengumumkan kepada temannya bahwa telah menjadi pacarnya, tiba tiba
“Vin, kamu bodoh apa gimana? Coba lihat pacar kamu udah pendek, jelek, gak gaul lagi gengsi dong kalau jalan dengannya”, kata salah satu temannya.
Begitu juga dengan teman temannya membetulkan omongan temannya, dan menertawakannya.
Seketika itu Rama pergi meninggalkan semuanya, Vina mencoba untuk mencegahnya, tetapi apa daya Vina, dia tak berhasil mengajak Rama kembali.
“Ram, kamu marah sama teman teman aku, maaf ya”, kata Vina ketika mereka di depan rumah Vina.
“nggak kok Vin, buat apa aku marah”, kata Rama sambil menutupi kesedihannya ”, ya udah aku pulang dulu”.
“Ya udah, sampai bertemu besok”, sambung Vina.
Meskipun Rama menuruti Vina, tapi dalam hati kecilnya menolak kata kata Vina itu.
“Verdi, punya tips agar cepat tinggi nggak”, tanya Rama ketika berpapasandi kantin sekolah.
“Aku teh mau memberitahumu, tapi aku minta satu syarat, dan syarat itu teh adalah tolong selesaikan Prku dulu”, kata Verdi.
“Hah, aku kamu suruh menyelesaikan Prmu sebanyak 10 halaman dalam waktu 30 menit?” kaget Rama.
“Kamu kan pinter atu, masak nggak bisa”, kata Verdi.
Sehingga demi cintanya, Rama bersemangat mengerjakan PR itu seolah olah anak yang rajin belajar dan akan dihadiahi sepeda baru oleh papanya, emang Rama anak anak he 3x.
Teng, ting, tong, terdengar bunyi bel masuk, dan dalam waktu itu juga Rama telah menyelesaikan PR itu secepat kilat dia menemui Verdi.
“Verdi, cepat beritahu aku apa caranya agar cepat tinggi”, kata Rama sambil ngos ngosan.
“Kata nenek moyangku, kalau pada waktu bulan purnama, orang pendek disuruh bergelantungan”, kata Verdi.
“3,2,1, selesai semuanya, aku yakin besok, besok, dan besoknya lagi aku pasti sama tinggi dengan Vina, atau lebih”, ucap Rama ketika bergelantungan.
Memang setiap bulan purnama ia melakukan aktifitas rutin itu, dan dia beroptimis bisa tinggi dengan tips itu.
“Adik kecil nanti malam jalan bareng ya, masak kita pacaran nggak pernah kencan”, kata Vina ketika hari Sabtu di jalan.
“Waduh, aku nggak bisa, aku latihan sepakbola”, tolak Ram.
“Kemarin nggak bisa alasannya belajar kelompok, kemarin lusa kecapekan, belum yang dulu. Akhir akhir ini juga kita jarang ketemuan”, kesal Vina.
“Vin sorry, tapi aku janji kalau nggak ada halangan lagi aku hanyalah untukmu”, rayu Rama.
“Janji ya, kalau gitu aku pulang dulu, met latihan”, kata Vina.
Tapi kali ini Vina mengajak Rama kencan lagi plus merayakan hari jadian mereka yang sudah berlangsung selama 5 bulan.
“Adik kecil nanti kita kencan yuk. Sekarang kan hari sabtu pon yaitu hari jadi pasaran kita, masak kamu nolak lagi”, kata Vina.
“Aduh pink, sorry menyorry banget, nanti Verdi berulang tahun dan aku diundang, syaratnya itu nggak boleh diwakilkan dan nggak bersama orang lain”, kata Rama.
“Ya udah aku pulang dulu, semoga senang disana”, balas Vina dengan raut sedih.
“Maafin aku Vin, aku nggak mau kamu kecewa gara gara kekuranganku”, desis Rama.
Tetapi keesokan harinya,
“Happy birthday!”, kata Vina.
“Vin saya teh nggak ulang tahun”, kata Verdi.
“Lho Rama bilang, kamu rayain dan diundang”, kata Vina.
“Beneran atu, masak saya berani bohong”, sanggah Verdi.
“Oh sorry ya”, kata Vina.
Mulai dari itu Vina merasa sikap Rama berubah, sehingga tepat pada malam bulan purnama, Vina pergi ke rumah Rama.
Oh my God, ternyata Vina datang pada saat Rama bergelantungan, sehingga Vina menggugurkan niatnya, untungnya Rama dapat mencegahnya.
“Pink kamu kangen ya”, goda Rama dan menutupi rahasianya.
“Ram, mengapa kamu sekarang berubah, kamu sekarang bukan sandaran hatiku lagi, setiap aku ngajak kamu kencan, kamu tak mau, eh tadi kamu bergelantungan kayak monyet, jelaskan semua ati sikapmu akhir akhir ini, dan aku ingin kamu jujur”, kata Vina.
“Ok Vin, sejak kita ke pesta ultah temanmu aku merasa ngecewain kamu, jadinya aku menolak ajakan kencanmu, dan mencari tips untuk tinggi, dan kata Verdi WAKTU BULAN PURNAMA, BERGELANTUNGAN SECARA RUTIN, aku menuruti nasihatnya, tetapi aku nggak pernah tinggi, aku nggak mau kehilangan cintamu Vin”, kata Rama.
Tetapi Vina malah tertawa sambil berkata,”Ram, kamu itu lucu juga ya, Ram, bagaimanapun fisik kamu, aku masih sayang kamu tulus apa adanya, walaupun aku memanggilmu adik kecil, aku hanya bergurau”, kata Vina.
Akhirnya Rama yang setiap hari murung, kini mengembangkan senyumnya.
“Ya sudah, kita masih jadian kan, dan kamu harus berjanji jangan lakuin hal bodoh itu lagi, karena aku nggak mau adik kecilku si monyet”, kata Vina.
“Ok pinky girl”, dan mereka tertawa bersama sama, tawa mereka lepas, selepas beban yang dilaluinya.

Tidak ada komentar: