Kamis, 09 Juli 2009

GARA GARA PINK

Assalamualaikum Wr wb dan salam sejahtera…
Jiah, penulis benar benar jadul ya? Ha..ha..
Penulis benar benar kehabisan ide buat posting, sehingga penulis memutuskan untuk memposting cerpen penulis, yang beberapa minggu kemarin dibuatnya. Dengan bantuan clue idola penulis (kak Joe dan pink) terjadilah cerpen ini. He..he..
To the point aja…

GARA GARA PINK

Matahari bersemangat keluar dari sarangnya, mengeluarkan cahaya kemilau Di rumah kecil nan nyaman, tepatnya di kamar tidur yang di pintunya bernamakan “Cute Ana’s room” kakaknya, Joe mendapati Ana tertidur lelap.
“Ana! Kerjaanmu molor terus! Makanya, jangan suka tidur terlalu malam!” bentak kakaknya sambil menyibakkan tirai di jendala kamar Ana.
Di lirik adik tunggalnya, tapi Ana tak menggubris Joe.
“Ana! Cepat bangun!!” bentak Joe.
Ana enggan tuk bangun. Boro boro tuk bangun, membuka kelopak matanya saja, malasnya setengah mati.
“Capek ya lama lama bangunin kamu”,kata Joe cuek sambil membuka majalah yang ia dapatkan dari Pak pos langganannya.
Tiba tiba muncul sifat Joe yang selama ini ia pelihara. Jail!
“Waow, nih ada tas pink pengeluaran terbaru, bagus banget. Seandainya dipakai………”
“mana kak? Mana?” Sahut Ana yang tiba tiba bangun dari tempat tidurnya.
“Gini ya cewek yang terhipnotis ma pink! enak juga digodain, ha..ha..” kata Joe
“Ih!!! Kak Joe jail deh, orang enak enak tidur dibangunin dengan cara licik lagi.Udah pergi sana, penggangu setia”kata Ana cemberut sambil tiduran sebentar bentar menguap lalu menggeliat.” Kak Joe dilarang masuk kesini, Yang pertama, Kak Joe dah ganggu tidur panjangku, yang kedua Kak Joe dah boongi aku, Yang ketiga dan pada intinya, Kak Joe nggak suka warna favoritku, Pink!”. Kata Ana panjang lebar.
“Ye…, tau gini aku nggak masuk di kamar yang serba aneh ini, yang penuh dengan warna pink yang norak ini”, kata Joe sambil keluar.
Memang. Kamar Ana serba pink. Dari dinding pink, jendela pink, tempat tidur pink, computer pink, lantai pink, aksesoris pink sampek sampek nggak ada warna lain yang nongol dengan riangnya di kamar Ana.
Ana membuka jendela pinknya, angin menerpa tubuhnya dengan lembut. Sejuk sekali. Terdengar kicauan burung yang merdu, bagaikan nada di telinga Ana. Tanpa pikir panjang, ia mandi lalu sarapan pagi.
Ana kembali dengan perut kenyang, dan iseng iseng membuka komputer.
Di hidupkannya komputernya, lalu ia membuka alamat Facebook.
“Wah ada teman yang add ternyata, siapa sih ikut ikut aja pakek baju pink”. Gerutunya.
DiconfirmnyaFb itu, lalu membuka chat di Fbnya.
‘Wah ada koment dari anak tadi’ batinnya
Makasih dah app z
Z cama2, suka pink juga situ?
Sangat, Pink is my life, u?
Jgn sok deh ma pink, pink itu sglanya bgiku!
Jutek amat, asl plz?
Qm tuh aneh ya, ngeadd tapi g tau identitas org yg di add!
Abiz, aq suka profil kamu, respect bgt ma pink,
Ok, Ana 15 Jmb
Aq Mira 15 Jmb, Jmb mana? Wah qt sekota nih
Cpa yg tax, Ngin tau aja. Jmb timur.
Eh main main yuk, aku nemuin toko pink, komplit bgt!
Z ta?? Mau!! Ketemuan yuk!!!
Key, ntar sore ya d dpn GOR!
Ok!! Aq tnggu!!
‘Klik’ Komputer padam, lampu mati. “KAk Joe, diapain sih lampunya!, mati nih komputerku!” teriak Ana lalu ia rebahan lagi dan tidur.
Ana membuka matanya, menggeliat sebentar, lalu melirik jam dinding,”Oh my God, udah jam 4 sore. Aku akn janjian dengan Mira.
Cepat cepat, Ana bagun, mandi dan makan siang. “Kak, aku pergi dulu ya”, tak ada jawaban. Lalu ia sms kakaknya,’pasti masih molor’ batinnya.
“Ya Allah aku lupa, aku kan nggak tau identitas Mira, dasar bodoh!” Sesampainya di GOR.
Duduklah ia di sepeda, ia menggeleng kepalanya. Celingukan! Tapi nothing, dan ia pasrah.
“Seandainya saja aku minta nomernya, andai aja aku banyak bicara ma Mira, dasar Kak Joe tuh, sapa lagi yang buat lampu mati kalau bukan Kak Joe. Huh. Sebel! Pulang aja ah” gerutunya.
“Hai Ana” teriaknya seorang cewek berpink dari rambut hingga kaki.
“Oh, ini tho Ana yang asli, ternyata bener,kamu cewek pink, lama banget sih udah 2 jam, aku celingukan, nggak ada tanda tanda kehidupanmu!”kata Mira nyerocos.
“Kok tau aku? Darimana?”
“Yaiyalah, secara gitu, aku print foto kamu, abiz tiba tiba kamu off, aku lum dapat no kamu lagi”
“Sorry, Habis lampu di rumahku mati. Siapa lagi yang matikan lampunya kalo nggak Kak Joe!”
“Ha?? Kak Joe, Kak Joe master of numbers itu?”
“Jangan gila deh Mir! Nggak mungkin kali! Iya sih ada yang sama dengan kakakku, mirip kaca matanya aja, ha..ha..”
“Ha..ha.. bias bisa aja kamu Na!” Lalu mereka tertawa bersama.
“Jadi ke toko nggak?”
“Ayoo! Aku ingin tahu dimana itu, eh tangan kamu kok dingin ya?”tanpa sengaja Ana menyentuh tangan Mira.
“Ah nggak papa, waktu aku tungguin kamu aku beli es!”
“Huh, pelit, nggak bagi bagi!”
“Yaela, aku lupa ambil dompetku, wah gimana nih”.
“Yaudah kita pulang dulu deh, dekat kan, sekalian aku main main di rumah kamu dulu”
“Ah, jangan jangan! Di rumahku… di rumahku ibuku galak banget!”
“Nggak papa, ayo, kamu tunjukkan jalannya ya!”
Ketika mereka di jalan, akan tetapi ada orang orang di jalan tengah berkabung,
“I I ni ru rumah ku!” kata Mira gagap.
Rumahnya tak terlalu besar tapi kelihatan sangat asri. Akan tetapi terlihat orang orang tengah berkabung, bunga berkabung terpampang jelas di rumah Mira.
“Ada apa di rumahmu Mir?” Tanya Ana mendekat ke rumah, tetapi yang ditanya malah menghilang.
Ana memasuki rumah, ternyata berpulupuluh orang di dalam rumah, di tengah, terdapati seorang anak terbungkus kain kafan.
“Maaf siapa yang mati bu?, keluarganya Mira?”Tanya Ana kepada salah satu orang yang melayat.
“Bukan familinya mbak, Mira yang meninggal tadi pagi!” jawabnya.
Dengan rasa penasaran, Ana mendekat ke kain kafan tersebut, dan..
“Oh my god!!” teriaknya. Dalam hitungan detik Ana menjadi pusat perhatian. Surprised!
Ana berlari keluar, ia sangat malu, tetapi is confused, dia menaiki sepeda fast, dan melesat ke rumah.
“Kak Joe, kamu dimana kak Joe, aku takut!!”
“Ada apa sih Na, teriak teriak, biasa aja kali!!” jawab Joe dengan tenang.
Anan menceritakan semuanya, dari pertam ia ketemu Mira, hingga sampai di rumah. Di wajahnya, masih tersirat wajah ketakutan.
“Syukurin! Makanya, jadi orang itu jangan langsung percaya ma orang, saking terobsesi ma pink aja, gini toh jadinya!” kata Joe nyerocos.
“Waaaaa, kak aku takut, ntar kalau dia kemari gimana, kalau dia datangi aku lagi gimana, kak takut”,
“Diam donk! Kakak lagi liat sepakbola nih!” bentaknya sambil mencubit Ana.
Tiba tiba Ana terbangun dari mimpinya, ia membuka matanya, mencubiti pipinya.
“Oh my god, it just dream!”